Laporan Praktikum Kimia Titrasi Asam Basa

Praktikum Kimia

“Titrasi Asam Kuat vs Basa Kuat”

PRAKTIKUM KIMIA

I. Judul
Titrasi Asam Kuat dengan Basa Kuat.

II. Tujuan
Mengetahui kemolaran larutan HCl dengan menggunakan larutan basa kuat.

III. Dasar Teori
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi asam-basa adalah titrasi yang yang melibatkan asam maupun basa sebagai titer (zat yang telah diketahui konsentrasinya) maupun titrant (zat yang akan ditentukan kadarnya) dan berdasarkan reaksi penetralan asam-basa. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa yang telah diketahui kadarnya, dan sebaliknya, kadar larutan basa dapat diketahui dengan menggunakan larutan asam yang diketahui kadarnya. Titik ekivalen yaitu pH pada saat asam dan basa (titrant dan titer) tepat ekivalen atau secara stoikiometri tepat habis bereaksi.
Ada dua cara umum untuk mengetahui titik ekivalen pada titrasi asam basa:
1. Memakai pH meter.
2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekivalen terjadi, dan pada saat itulah titrasi dihentikan.
Titik akhir titrasi yaitu pH pada saat indikator berubah warna dan saat itu juga titrasi dihentikan. Pada titrasi asam kuat dengan basa kuat digunakan indikator Fenolftalein (trayek pH 8,3-10) karena kesalahannya paling kecil. Dalam titrasi ini titik akhir pH>7 dan perubahan warna pada titik akhit titrasi adalah merah.
Untuk mengetahui kemolaran asam kuat (HCl) dapat diketahui setelah mengetahui volum basa kuat (KOH) yang berkurang sampai titik akhir titrasi (reaksi dihentikan). Pada saat titik ekivalen mol basa kuat akan sama dengan mol asam kuat, sehingga kemolaran asam kuat dapat dicari.

IV. Alat dan Bahan
 Alat :
1. Statif dan klem
2. Erlenmeyer
3. Biuret
4. Corong
5. Pipet tetes
6. Gelas ukur
7. Gelas kimia
8. Kapas
 Bahan :
1. HCl 20 mL
2. NaOH 0,1 M 50 mL
3. KOH 0,1 M 100 mL
4. Fenolftalein (PP)

V. Langkah Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Masukkan 20 mL larutan HCl ke dalam gelas ukur.
3. Tuangkan 20 mL larutan HCl tersebut ke dalam erlenmeyer.
4. Tambahkan tiga tetes indikator Fenolftalein (PP) ke dalam larutan HCl tersebut.
5. Masukkan 50 mL larutan NaOH 0,1 M dengan menggunakan gelas kimia ke dalam biuret setelah memastikan biuret sudah terpasang dengan baik pada klem dan telah terpasang corong pada biuret untuk memudahkan penuangan NaOH 0,1 M ke dalam biuret.
6. Perguakan pipet tetes saat skala pada biuret hampir mencapai angka nol, dan pastikan bagian meniskus cekung yang bawah (NaOH 0,1 M) tepat pada angka nol biuret.
7. Menetesi larutan HCl dengan NaOH 0,1 M. Penetesan dilakukan secara hati-hati dan pelan-pelan yaitu tetes demi tetes dan erlenmeyer terus menerus diguncangkan. Penetesan dihentikan saat terjadi perubahan warna yang tetap pada larutan HCl yaitu merah muda.
8. Mencatat volum NaOH 0,1 M pada biuret yang berkurang (bereksi dengan larutan HCl).
9. Ulangi prosedur di atas menggunakan larutan KOH 0,1 M (disaring menggunakan kapas saat dituang ke dalam biuret) untuk menggantikan NaOH 0,1 M sebanyak dua kali dengan indikator fenolftalein (PP) lima tetes.

VI. Data
No Asam kuat Basa Kuat
Nama
Larutan Volum yang
digunakan Nama
Larutan Volum awal pada biuret Volum akhir pada biuret Volum yang digunakan
1 HCl 20 mL NaOH 0,1 M 50 mL 15 mL 35 mL
2 HCl 20 mL KOH 0,1 M 50 mL 29 mL 21 mL
3 HCl 20 mL KOH 0,1 M 50 mL 33 mL 17 mL

VII. Analisis Data
 Volum rerata basa kuat yang digunakan adalah

Keterangan:
Pada percobaan pertama volum NaOH 0,1 M yang digunakan sebanyak 35 mL. Jika dibandingkan dengan volum yang digunakan KOH 0,1 M pada percobaan kedua dan ketiga, volum NaOH memiliki selisih yang cukup jauh, sehingga dalam menghitung rerata volum yang digunakan oleh larutan basa kuat, percobaan pertama dianggap tidak ada (tidak dihitung).

 Jumlah mol KOH 0,1 M yang digunakan adalah
n KOH = M . V
= 0,1.19
= 1,9 mmol
= 0,0019 mol

 KOH(aq) + HCl(aq)  KCl(aq) + H O(l)
0,1 M x M
19 mL 20 mL

n KOH = 0,0019 mol
koefisien KOH = koefisien HCl, maka
n HCl = n KOH
= 0,0019 mol

 M HCl =
=
= 0,095 M

 Kemolaran HCl yang sebenarnya yaitu 0,1 M dan seharusnya volum KOH yang berkurang pada biuret sebanyak 20 mL. Sedangkan dalam percobaan didapat bahwa perhitungan rerata volum KOH yang berkurang sebanyak 19 mL, sehingga didapat kemolaran HCl adalah 0,095 M. Hal ini terjadi karena kurang telitinya mata dalam membedakan warna yang permanen (tetap) pada titik akhir titrasi.

VIII. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan, dapat diketahui bahwa kemolaran larutan HCl adalah 0,095 M.

Praktikum Absorbsi

Praktikum Absorbsi

Absorbsi merupakan salah satu operasi pemisahan dalam industri kimia dimana suatu campuran gas dikontakkan dengan suatu cairan penyerap yang sesuai, sehingga satu atau lebih komponen dalam campuran gas larut dalam cairan penyerap.

Tujuan Percobaan

  1. Mempelajari pengaruh laju alir gas dan cairan,konsentrasi NaOH terhadap hasil absorbsi
  2. Menentukan besarnya konstanta kecepatan reaksi
  3. Menentukan besarnya koefisien perpindahan massa pada proses absorbsi

Manfaat Percobaan

  • Mahasiswa dapat mempelajari pengaruh variabel (Konsentrasi NaOH, Laju Alir NaOH , Laju Alir CO2) terhadap % massa COyang terserap
  • Mahasiswa dapat menentukan koefisien perpindahan massa pada proses absorbsi.

Gambar Alat Absorbsi

Cara Kerja

  1. Kalibrasi alat
  2. Alirkan larutan NaOH dengan konsentrasi tertentu dari tangki penampungan menuju kolom absorbs melalui puncak kolom sesuai dengan laju alir yang diinginkan hingga alirannya mantap.
  3. Campuran gas yang terdiri dari udara dan gas CO2 dialirkan dari bawah kolom.
  4. Absorbsi dibiarkan terus berlangsung sampai dicapai keadaan tunak. Keadaan tunak dikatakan telah tercapai jika jumlah CO2 yang terserap larutan NaOH telah mencapai nilai yang konstan ditandai dengan konsentrasi larutan NaOH sisa yang keluar kolom absorbsi konstan.
  5. Analisa volumetric menggunakan larutan asam khlorid standar untuk mengetahui konsentrasi larutan NaOH sisa.

Kolom Absorbsi

  1. Bagian atas: input larutan NaOH sebagai tempat masuknya cairan ke dalam reaktor.
  2. Bagian tengah: Packed tower untuk memperluas permukaan sentuh sehingga mudah untuk diabsorbsi
  3. Bagian bawah: Input gas sebagai tempat masuknya gas ke dalam reaktor.

Prinsip Kerja Kolom Absorbsi

  1. Kolom absorbsi adalah sebuah kolom, dimana ada zat yang berbeda fase mengalir berlawanan arah yang dapat menyebabkan komponen kimia ditransfer dari satu fase cairan ke fase lainnya, terjadi hampir pada setiap reaktor kimia. Proses ini dapat berupa absorpsi gas, destilasi,pelarutan yang terjadi pada semua reaksi kimia.
  2. Campuran gas yang merupakan keluaran dari reaktor diumpankan kebawah menara absorber. Didalam absorber terjadi kontak antar dua fasa yaitu fasa gas dan fasa cair mengakibatkan perpindahan massa difusional dalam umpan gas dari bawah menara ke dalam larutan NaOH yang diumpankan dari bagian atas menara.

Aplikasi Absorbsi

Absorbsi dalam dunia industri digunakan untuk meningkatkan nilai guna dari suatu zat dengan cara merubah fasenya.

1. Proses Pembuatan Formalin

Formalin yang berfase cair berasal dari formaldehid yang berfase gas dapat dihasilkan melalui proses absorbsi.Teknologi proses pembuatan formalin Formaldehid sebagai gas input dimasukkan ke dalam reaktor. Output dari reaktor yang berupa gas yang mempunyai suhu 1820C didinginkan pada kondensor hingga suhu 55 0C,dimasukkan ke dalam absorber.Keluaran dari absorber pada tingkat I mengandung larutan formalin dengan kadar formaldehid sekitar 37 – 40%. Bagian terbesar dari metanol, air,dan formaldehid dikondensasi di bawah air pendingin bagian dari menara, dan hampir semua removal dari sisa metanol dan formaldehid dari gas terjadi dibagian atas absorber dengan counter current contact dengan air proses.

2. Proses Pembuatan Asam Nitrat

Pembuatan asam nitrat (absorpsi NO dan NO2).Proses pembuatan asam nitrat Tahap akhir dari proses pembuatan asam nitrat berlangsung dalam kolom absorpsi. Pada setiap tingkat kolom terjadi reaksi oksidasi NO menjadi NOdan reaksi absorpsi NO2 oleh air menjadi asam nitrat. Kolom absorpsi mempunyai empat fluks masuk dan dua fluks keluar. Empat fluks masuk yaitu air umpan absorber, udara pemutih, gas proses, dan asam lemah. Dua fluks keluar yaitu asam nitrat produk dan gas buang. Kolom absorpsi dirancang untuk menghasilkan asam nitrat dengan konsentrasi 60 % berat dan kandungan NOx gas buang tidak lebih dari 200 ppm.

Aplikasi absorbsi lainnya seperti proses pembuatan urea,produksi ethanol, minuman berkarbonasi, fire extinguisher,dry ice,supercritical carbon dioxide dan masih banyak lagi aplikasi absorbsi dalam industri.

Praktikum ELEKTROLISIS

Praktikum ELEKTROLISIS

ELEKTROLISIS (KELAS XII)
Tujuan : Untuk mempelajari perubahan yang terjadi pada elektrolisis larutan garam Natrium sulfat dan Kalium yodida.
Alat dan Bahan :

Alat dan Bahan Ukuran/satuan Jumlah
Tabung U 2
Elektroda karbon dan kabel 0,5 m 2/2
Baterai/catudaya 1,5 V 4/1
Jepit buaya 4
Statif dan klem 1/1
Tabung reaksi dan rak 4/1
Pipet tetes 1
Gelas kimia 100 cm3 3
Larutan Natrium sulfat 0,5 M 50 cm3
Larutan Kalium yodida 0,5 M 50 cm3
Fenoftalein Sebotol
Indikator universal
Larutan kanji/amilum

Cara Kerja :

  1. Pasang alat elektrolisis.
  2. Elektrolisis larutan Na2SO4.

Tambahkan 10 tetes indikator universal ke dalam ± 50 cm3 larutan Na2SO4 dalam gelas kimia. Tuangkan larutan ini ke dalam tabung U sampai 1,5 cm dari mulut tabung. Celupkan elektroda karbon ke dalam masing-masing tabung U, dihubungkan kedua elektroda dengan sumber arus searah 6 V selama beberapa menit. Catat perubahan warna yang terjadi dalam kedua kaki tabung U itu.

  1. Elektrolisis larutan KI.
  2. Masukkan larutan KI ke dalam tabung U sampai 1,5 cm dari mulut tabung. Celupkan kedua elektroda karbon ke dalam masing-masing kaki tabung U dan hubungkan elektroda itu dengan sumber arus searah 6 V selama ± 5 menit. Catat perubahan yang terjadi pada tiap-tiap elektroda.
  3. Keluarkan dengan hati-hati kedua elektroda, cium baunya dan catat.
  4. Pipet 2 cm3 larutan dari ruang katoda ke dalam 2 tabung reaksi tambahkan setetes penoftalein pada tabung 1 dan beberapa tetes larutan Amilum pada tabung 2.
  5. Ulangi cara kerja ini dengan larutan dari ruang anoda. Amati dan catat yang terjadi.
    1. Elektrolisis larutan Na2SO4.

PERCOBAAN PLASMOLISIS

1.      Tujuan

Untuk mengetahui proses plasmolisis yang terjadi pada sel epidermis daun (Rheodiscolor)
2.      Alat dan Bahan
  1. Mikroskop
  2. Objek Glass
  3. Deck Glass
  4. Pisau / silet
  5. Garam
  6. Air
  7. Daun Rheodiscolor
3.      Cara Kerja
1)      Pengamatan I
a.       Siapkan daun Rheodiscolor
b.      Buat 1 sayatan melintang tipis di bagian punggung
c.       Letakkan pada objek glass
d.      Tetesi dengan air
e.       Tutup pelan-pelan dengan deck glass
f.        Letakkan preparat di meja preparat kemudian amati.
2)      Pengamatan II
a.       Gunakan preparat yang telah diamati tadi
b.      Tetesi dengan air garam di tepi deck glass
c.       Setelah air garam mengenai preparat amatilah
4.      Hasil Pengamatan
Gambar
Keterangan
Pengamatan 1
P : Plasma dalam sel tampak penuh (dengan warna ungu)
Pengamatan 2
P :  Plasma dalam sel penuh warna ungu.
K : Plasma kosong (dengan warna putih)
5.      Kesimpulan
Jika sel tumbuhan diletakkan atau diberi larutan terkonsentrasi (hiperonik) sel akan kehilangan air, menyebabkan terjadinya plasmolisis : tekanan terus berkurang sampai di suatu titik dimana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan ada jarak antara dinding dan membran sel.

laporan praktikum respirasi jangkrik

Pernapasan Pada Hewan

 

Dasar Teori

Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi dan dipakai oleh tubuh per satuan waktu (Seeley, 2002). Laju metabolisme berkaitan erat dengan respirasi karena respirasi merupakan proses ekstraksi energi dari molekul makanan yang bergantung pada adanya oksigen (Tobin, 2005). Secara sederhana, reaksi kimia yang terjadi dalam respirasi dapat dituliskan sebagai berikut:

C6H12O6 + 6O2 → 6 CO2 + 6H2O + ATP

(Tobin, 2005).

Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen yang dikonsumsi makhluk hidup per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena oksidasi dari bahan makanan memerlukan oksigen (dalam jumlah yang diketahui) untuk menghasilkan energi yang dapat diketahui jumlahnya. Akan tetapi, laju metabolisme biasanya cukup diekspresikan dalam bentuk laju konsumsi oksigen.

Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen antara lain temperatur, spesies hewan, ukuran badan, dan aktivitas (Tobin, 2005). Laju konsumsi oksigen dapat ditentukan dengan berbagai cara, antara lain dengan menggunakan mikrorespirometer, metode Winkler, maupun respirometer Scholander.

Penggunaan masing-masing cara didasarkan pada jenis hewan yang akan diukur laju konsumsi oksigennya. Mikrorespirometer dipakai untuk mengukur konsumsi oksigen hewan yang berukuran kecil seperti serangga atau laba-laba.

Metode Winkler merupakan suatu cara untuk menentukan banyaknya oksigen yang terlarut di dalam air (Anonim, wikipedia.org). Dalam metode ini, kadar Oksigen dalam air ditentukan dengan cara titrasi. Titrasi merupakan penambahan suatu larutan yang telah diketahui konsentrasinya (larutan standar) ke dalam larutan lain yang tidak diketahui konsentrasinya secara bertahap sampai terjadi kesetimbangan (Chang, 1996).

Dengan metode Wingkler, kita dapat mengetahui banyaknya oksigen yang dikonsumsi oleh hewan air seperti ikan.

Respirometer Scholander digunakan untuk mengukur laju konsumsi oksigen hewan-hewan seperti katak atau mencit. Alat ini terdiri atas syringe, manometer,tabung spesimen, dan tabung kontrol.

 

Tujuan:

  1. Mempelajari pernapasan hewan
  2. Melihat faktor-faktor yang memmpengaruhi jumlah kebutuhan oksigen pada hewan pada saat pernapasan.

Alat dan bahan:

  1. Respirasi sederhana
  2. Timbangan
  3. 2 ekor jangkrik
  4. Kristal NaOH/KOH
  5. Eosin/tinta
  6. Vaselin/plastisin
  7. Kapas
  8. Pipet/syiring

Cara kerja:

  1. Bungkuslah Kristal NaOH/KOH dengan kapas, lalu masukkan dalam tabung respirometer.
  2. Masukkan jangkrik yang telah ditimbang beratnya ke dalam botol respirometer, kemudian tutup dengan pipa berskala.
  3. Oleskan vaselin/plastisin pada celah penutup tabung.
  4. Tutup ujung pipa berskala dengan jari kurang lebih satu menit, kemudian lepaskan dan masukkan setetes eosin dengan menggunakan pipet /syiring.
  5. Amati dan catat perubahan kedudukan eosin pada pipa berskala setiap 2 menit selama 10 menit.
  6. Lakukan percobaan yang sama (langkah 1 sampai dengan 5) menggunakan jangkrik lain dengan ukuran yang berbeda.

HASIL

Kedudukan Eosin

No. Berat tubuh hewan (gram) Skala kedudukan eosin per 2 menit
1 2 3 4 5
1. 0,0987 gram 0,35 0,54 0,58 0,66 0,72
2. 0,384 gram 0,01 0,02 0,045 0,085 0,14

Volume Oksigen

No. Berat tubuh hewan 

(gram)

Volume oksigen per 2 menit Volume (ml)
1 2 3 4 5
1. 0,0987 gram 0,35 0,19 0,04 0,08 0,06 0,72
2. 0,384 gram 0,01 0,01 0,025 0,04 0,055 0,14

Volume rata-rata oksigen per menit

  1. Jangkrik kecil (0,0987 gr)

= 0,7210= 0,072 ml/ menit

  1. Jangkrik besar (0,384 gr)

= 0,14/ 10 = 0,014 ml/ menit

Laju konsumsi oksigen

Rumus = volume rata-rata/ berat hewan/ waktu

  1. Jangkrik kecil

= 0,072/ 0,0987/ (10/ 60)jam

= 4,2912 mL/ gram/ Jam

  1. Jangkrik besar

= 0,014/ 0,384/ (10/ 60)jam

= 0,0365 mL/ gram/ Jam

Keterangan:

Dari data yang dihasilkan, maka dapat diketahui bahwa jangkrik kecil memerlukan lebih banyak oksigen dalam pernapasan, daripada jangkrik besar. Hal ini, dikarenakan ukuran tubuh dan aktivitas jangkrik merupakan faktor yang mempengaruhi dalam proses respirasi.

Pembahasan

Dalam percobaan ini, khususnya pada percobaan yang menggunakan respirometer, digunakan KOH. Fungsi dari larutan ini adalah untuk mengikat CO2, sehingga pergerakan dari larutan Brodie benar-benar hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen. Adapun reaksi yang terjadi antara KOH dengan CO2 adalah sebagai berikut:

KOH + CO2 → K2CO3 + H2O (Chang, 1996)

Selain KOH, Larutan Brodie juga merupakan komponen yang penting. Komponen larutan Brodie adalah NaI, stergent, dan evan’s blue. NaI merupakan senyawa yang sukar bereaksi, sehingga tidak akan timbul penyimpangan data yang didapat. Stergent merupakan senyawa mirip detergent yang menyebabkan pergerakan larutan Brodie di sepanjang pipa kapiler menjadi mudah karena tegangan permukaannya menjadi kecil. Evan’s blue merupakan senyawa yang menyebabkan larutan Brodie berwarna biru.

kerja enzim

Praktikum mekanisme kerja enzim katalase

I.       Tujuan pengamatan:
·        Untuk mengamati kerja enzim katalase
II.    Alat dan Bahan:
1.      Tabung reaksi
2.      Gelas beaker
3.      Bunsen
4.      Rak tabung reaksi
5.      Corek api
6.      Pelat tetes
7.      Binset
8.      Penjepit bortak
III.   Cara Kerja:
1)      Hati ayam ditumbuk sampai hancur lalu setelah ditumbuk halus lalu dibagikan 4 bagian kedalam tabung reaksi dan masing-masing tabung reaksi diberi label (nama) sesuai dengan bahan yang akan di isi.
2)      Ekstrak hati setelah dimasukkan kedalam tabung reaksi + air, lalu dikocok dan di isi dengan H2O2 lalu diamati gelembung dan nyala apinya.
3)      Ekstrak hati setelah dimasukkan kedalam tabung reaksi + air + dengan HCl(asam) dan + dengan H2O2  lalu dikocok setelah dikocok lalu amati gelembung dan nyala apinya.
4)      Ekstrak hati setelah dimasukkan kedalam tabung reaksi + air + dengan NaOH(basa) dan + dengan H2O2  lalu dikocok setelah dikocok lalu amati gelembung dan nyala apinya.
5)      Ekstrak hati setelah dimasukkan kedalam tabung reaksi + air lalu dipanaskan dengan Bunsen, setelah dipanaskan diamkan sampai dingin, lalu di + dengan H2O2lalu dikocok, setelah dikocok lalu amati gelembung dan nyala apinya.
6)      Jantung ayam ditumbuk sampai hancur lalu setelah ditumbuk halus lalu dibagikan 4 bagian kedalam tabung reaksi. Dan masing-masing tabung reaksi diberi label (nama) sesuai dengan bahan yang akan di isi.
7)      Ekstrak jantung setelah dimasukkan kedalam tabung reaksi + air, lalu dikocok dan di isi dengan H2O2 lalu diamati gelembung dan nyala apinya.
8)      Ekstrak jantung setelah dimasukkan kedalam tabung reaksi + air + dengan HCl(asam) dan + dengan H2O2  lalu dikocok setelah dikocok lalu amati gelembung dan nyala apinya.
9)      Ekstrak jantung setelah dimasukkan kedalam tabung reaksi + air + dengan NaOH(basa) dan + dengan H2O2  lalu dikocok setelah dikocok lalu amati gelembung dan nyala apinya.
10)  Ekstrak jantung setelah dimasukkan kedalam tabung reaksi + air lalu dipanaskan dengan Bunsen, setelah dipanaskan diamkan sampai dingin, lalu di + dengan H2O2lalu dikocok, setelah dikocok lalu amati gelembung dan nyala apinya.
Landasan Teori
Katalase adalah enzim yang dapat menguraikan hidrogen peroksida yang tidak baik bagi tubuh makhluk hidup menjadi air dan oksigen yang sama sekali tidak berbahaya. Selain itu, enzim ini di dalam tubuh manusia juga menguraikan zat-zat oksidatif lainnya seperti fenol, asam format, maupun alkohol yang juga berbahaya bagi tubuh manusia. Katalase terdapat hampir di semua makhluk hidup. Bagi sel, enzim ini adalah bodyguard yang melindungi bagian dalam sel dari kondisi oksidatif yang bagi kebanyakan orgnisme ekuivalen dengan kerusakan.
Enzim merupakan protein yang bertindak sebagai katalis di dalam tubuh makhluk hidup.Karena berperan sebagai katalis maka enzim dinamakan juga biokatalisator.
Enzim dapat bertindak sebagai katalis,yakni dapat mempercepat suatu reaksi kimia tanpa merubah reaksi kimia tersebut.
Komponen Enzim
Secara kimia enzim yang lengkap atau haloenzim tersusun dari dua komponen:
·        Komponen protein (apoenzim)
enzim yang tersusun atas protein.Sifatnya labil (mudah berubah),tidak tahan akan panas dan mudah terpengaruh oleh suhu dan tingkat keasaman.
·        Bagian nonprotein (gugus prostetik)
Ø      Gugus prostetik yang berasal dari molekul nonorganik disebut kofaktor.
Ø      Gugus prostetik,yaitu gugus yang berasal dari molekul organik kompleks
yang disebut dengan koenzim.misal:NADH,FADH,koenzim A dan VitB.
Cara Kerja Enzim

Seperti yang telah kita ketahui bahwa molekul selalu bergerak dan saling bertumbukan satu sama lainnya.Jika ada molekul substrat menumbuk molekul enzim yang tepat maka akan menempel pada enzim.Tempat menempelnya molekul substrat tersebut disebut dengan sisi aktif.Kemudian terjadi reaksi dan terbentuk molekul produk.
Hasil Pengamatan:
Larutan
Ekstrak hati + H2O2
Ekstrak jantung + H2O2
Gelembung
Nyala api
Gelembung
Nyala api
Netral
++
+
+
HCl (asam)
+
NaOH (basa)
++
+
+
+
Setelah ekstrak dipanaskan
Keterangan:
v     ++ (banyak)
v     + (ada)
v     – (tidak ada)
Kesimpulan:
            Dari hasil pengamatan dapat ditarik kesimpulan bahwa, pada percobaan ekstrak hati + H2Odan ekstrak jantung + H2Odan dicampurkan dengan netral, asam(HCl), basa(NaOH), dan setelah ekstrak dipanaskan, memiliki perbadaan dalam percobaan.
            Dari percobaan yang telah kami lakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa enzim katalase berperan dalam penguraian racun dari H2O2 menjadi H2O2 dan O2 , dimana kerjanya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a.    Suhu
Dimana enzim katalase tidak akan bekerja optimal pada suhu tinggi.
b.    pH
Dimana enzim katalase akan bekerja optimal pada pH netral. Hal itu dapat dibuktikan dengan banyaknya gelembung dan nyala api bara api. Dimana semakin banyak gelembung gas dan semakin terang nyala bara api berarti kerja enzim katalase akan semakin cepat dan begitu pula sebaliknya karena salah satu kerja enzim yaitu sebagai katalisator/pemercepat reaksi.
  Pertanyaan:
1.      Mengapa H2O2 dipakai sebagai bahan percobaan untuk mengamati kerja enzim katalase?
2.      Mengapa reaksi berkurang jika ekstrak hati + H2dimasukkan asam atau basa?
3.      Apa yang terjadi bila dalam jaringan tubuh, banyak tertimbun H2O2?
4.      Bagaimana usaha untuk menetralkannya dalam tubuh?
5.      Dapatkah kamu simpulkan apa peranan enzim katalase dalam tubuh?
6.      H2Oyang terdapat dalam tubuh itu merupakan hasil proses apa?
7.      Factor-faktor apakah yang mempengaruhi keaktifan katalase?

ujian praktek biologi

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Yang melatarbelakangi saya untuk melakukan percobaan ini adalah menyelidiki

penyebab pada sel tumbuhan, keluarnya air dari sitoplasma ke luar sel menyebabkan volume sitoplasma mengecil. Akibatnya, membrane plasma terlepas dari dinding sel. Peristiwa lepasnya membrane plasma dari dinding sel disebut plasmolisis.

Di samping itu, praktikum ini juga dapat diketahui perbandingan prosentase glukosa yang berpengaruh pada lisisnya membran plasma.

B.     Tujuan

1.      Untuk mengamati mekanisme plasmolisis.

2.      Untuk mengetahui pengaruh glukosa pada Rhoe discolor.

C.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana mekanisme plasmolisis ?

2.      Bagaimana pengaruh glukosa pada Rhoe discolor ?

 

Tinjauan Pustaka

Plasmolisis adalah peristiwa lepasnya membrane plasma dari dinding sel.

Istamar Syamsuri, dkk, Biologi SMA kelas XI, Malang, 2004, hlm:26

Metodologi Penelitian

Alat dan Bahan :

  1. Silet / cutter
  2. Gelas benda
  3. Gelas penutup
  4. Mikroskop
  5. Air
  6. Gula
  7. Daun Rhoe discolor

Cara Kerja :

1.      Menyayat permukaan bawah daun Rhoe discolor, kemudian meletakkan sayatan tersebut pada gelas benda, tetesi dengan air, kemudian tutup dengan gelas penutup. Mengamati dengan mikroskop kemudian gambar.

2.      Menyayat permukaan bawah daun Rhoe discolor, kemudian meletakkan sayatan tersebut pada gelas benda, tetesi dengan larutan gula 20%, setelah 5 menit, tutup dengan gelas penutup, kemudian mengmati dengan mikroskop dan gambar.

3.      Menyayat permukaan bawah daun Rhoe discolor, kemudian meletakkan sayatan tersebut pada gelas benda, tetesi dengan larutan gula 40%, setelah 5 menit, tutup dengan gelas penutup, kemudian mengmati dengan mikroskop dan gambar.

Hasil dan pembahasan

  1. Hasil
Glukosa 0 % Glukosa 20 % Glukosa 40 %
 

 

 

2. Pembahasan

Berikut ini adalah pembahasan praktikum saya saat materi plasmolisis. Saya menggunakan Rhoe discolor karena kemudahan saat mengambil selnya. Bagian yang saya ambil untuk diamati yakni pada selaput tipis yang ada pada bagian bawah daun tersebut.

Jika sel tumbuhan diletakkan di larutan glukosa terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti ini layu. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya plasmolisis: tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan membran. Akhirnya cytorrhysis – runtuhnya seluruh dinding sel – dapat terjadi. Tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara berlebihan, juga mendapatkan air secara berlebihan, tetapi plasmolisis dapat dibalikkan jika sel diletakkan di larutan hipotonik. Proses sama pada sel hewan disebut krenasi. Cairan di dalam sel hewan keluar karena peristiwadifusi.

Plasmolisis hanya terjadi pada kondisi ekstrem, dan jarang terjadi di alam. Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan bersalinitas tinggi atau larutan gula untuk menyebabkan ekosmosis, seringkali menggunakan tanaman Elodea atau sel epidermal glukosa yang memiliki pigmen warna sehingga proses dapat diamati dengan jelas.

Semakin tinggi tingkat konsentrasi glukosa  dan semakin lama waktu untuk mendiamkan maka semakin banyak pula membran plasma yang lisis.

Berikut tampilan Rhoe discolor dengan 0 %, 20 %, 40 % glukosa dan stomata yang juga terlihat pada mikroskop :

Konsentrasi 0 %                                                  Konsentrasi 20 %

Konsentrasi 40 %                                                  Tampilan stomata

Kesimpulan

  1. Larutan yang hipertonis menyebabkan peristiwa plasmolisis dan jika diencerkan kembali (hipotonis) akan menyebabkan peristiwa deplasmolisis.
  2. Semakin tinggi tingkat konsentrasi glukosa  dan semakin lama waktu untuk mendiamkan maka semakin banyak pula membran plasma yang lisis.
  3. Sel tumbuhan dimasukkan ke dalam larutan hipertonis, protoplasmanya akan menyusut dan lepas dari dinding selnya. Proses ini disebut plasmolisis. Plasmolisis dapat menyebabkan tumbuhan menjadi layu.